Bagi Anda yang mempunyai keseharian menggunakan angkutan umum, terutama TransJakarta atau KRL pasti tidak asing lagi dengan E-money. E-money dipakai untuk pembayaran menggunakan jasa transportasi tersebut. Biasanya di tap saat masuk gate halte pada transjakarta dan tap di gate masuk dan keluat pada KRL. Yang menarik perhatian saya adalah mengenai integrasi yang mungkin bisa dilakukan dengan menggunakan kartu emoney tersebut.
Beberapa waktu yang lalu gencar akan adanya integrasi antar moda transportasi di Jabodetabek. Misalnya tiket KRL dengan tiket bus Transjakarta. Namun apakah akan terealisasi atau tidak dan bagaimana skema integrasinya, saya sendiri tidak tahu. Bagi saya integrasi semacam ini sangat memungkinkan dilakukan. Bahkan dengan angkot, metromini, dan kopaja sekalipun. Namun memang harus mengubah paradigma orang-orang yang terdapat pada lingkup didalamnya.
Tanggung jawab untuk membuat transportasi itu aman, nyaman, kejelasan jadwal, dan murah sudah sepatutnya untuk segera dilakukan. Mengingat sudah mendesaknya hal tersebut untuk menangani kemacetan yang semakin parah di area Jabodetabek. Bagi saya ketika transportasi sudah aman, nyaman, jadwal yang jelas, dan murah, dengan sendirinya orang akan lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum. Salah satu yang bisa ditangani menggunakan e-money adalah untuk menjadikan transportasi menjadi murah.
Ide saya adalah dengan membuat skema pembayaran yang lebih membuat orang tertarik untuk menggunakan alat transportasi. Skema yang ada dalam pikiran saya adalah sebagai berikut
Skema Langganan Paket Mingguan, Bulanan, Tahunan
Pada skema ini pelanggan diwajibkan mentop-up uang dalam emoneynya untuk melakukan langganan baik mingguan, bulanan, maupun tahunan jika memungkinkan. Jadi ketika orang menggunakan emoney untuk melakukan pembayaran di transportasi umum, layaknya menggunakan paket internet di ponsel. Ketika sudah batas langganan sudah habis, maka akan menggunakan sisa saldo di emoney tersebut.
Skema Pembelian Harian
Skema pembelian akan menarik jika konsep semakin banyak anda naik maka semakin murah bayarnya. Bandingkan dengan konvensional sekarang yang misal kita ganti angkot dengan jarak "nanggung", misal jarak terdekat dengan biaya Rp 4000 maka jika berganti angkot 2 kali menghabiskan Rp 8000. Ketika menggunakan emoney saat menggunakan angkot pertama membayar Rp 4000, lalu berganti dengan angkot yang lain menjadi Rp 3000. Ketika masih di hari yang sama menggunakan angkot lagi maka pembayaran berikutnya menjadi Rp 2500, Rp 2000. Bisa saja ketika menggunakan angkot ke 5-10 kalinya tarifnya flat menjadi Rp 2000, Lalu 11-15 menjadi Rp 1750 dan seterusnya.
Dengan skema tersebut saya pikir hal tersebut bisa sangat menarik orang untuk menggunakan transportasi umum. Tentu karena sistem pembayaran yang terintegrasi, membutuhkan persetujuan antara pemerintah, operator angkutan umum, dan bank terkait. Sehingga tidak ada pihak yang rugi.
No comments:
Post a Comment